Sabtu, 08 September 2012

masjid cheng-ho

Syahdan, serombongan penjelajah dari Cina Daratan berlayar meniti gelombang menyembadani lautan luas tak bertepi, berkekuatan 27.800 orang prajurit dalam 67 kapal bambu, membawa serta perbekalan berikut ternak kambing dan ayam hidup untuk ‘dicicil’ selama perjalanan. Rombongan menuju ke Selatan, dipimpin perwira tangguh andalan Dynasti Ming, yaitu Kasim Muslim yang gemar berzikir dan pandai berceramah. Seluruh dunia mengenalnya sebagai ahli strategi perang laut yang handal! Ia adalah Laksamana Cheng Ho yang termasyhur. (tak ada hubungannya dengan Koo Ping Ho) Pada tahun 1407, Kaisar Yong Le (generasi ke-3 Dynasti Ming), menugaskan Laksamana Cheng Ho memburu salah satu jenderalnya yang memberontak dan kabur ke Nusantara, Chen Tsu Ji, selanjutnya diketahui memimpin komplotan bajak laut di Perairan Bangka-Belitung. Misi pengejaran ini juga adalah atas permintaan sahabatnya Raja Sriwijaya dari Wangsa Syailendra yang bertahta di Nusantara. Begitu bertemu musuh, Laksamana Cheng Ho langsung menggulung komplotan itu, membekuk pimpinannya dan mengirimkannya ke Peking. Reputasi itu membuat Raja Sriwijaya terkesan, lalu mengundang Laksamana Cheng Ho menginap beberapa malam di istananya, di tepi Sungai Musi nan elok…. Peristiwa itu telah menjadi bagian dari Sejarah Nusantara. Hingga beratus tahun kemudian, nama Cheng Ho tetap melekat dalam ingatan banyak orang, mengalir dari sejarah masa lalu, diabadikan dalam prasasti-prasasti, menjadi nama masjid dan nama kuil. Masjid Cheng Ho yang terletak di Perumahan Amin Mulia Jakabaring, Palembang, menempati areal seluas 5.000 meter persegi. Mulai dibangun pada tahun 2003 dan resmi digunakan sejak Agustus 2008. Pembangunan masjid itu diprakarsai oleh Yayasan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumsel, sebagai partisipasi 2000-an orang warga muslim Tionghoa Palembang dan sekitarnya, dalam mewujudkan masyarakat madani yang barokah, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Memandang Masjid Cheng Ho dari jauh, mau tak mau kita akan teringat tipikal bangunan peribadatan tradisional Tionghoa. Menara azan di kedua sisi masjid memiliki undak-undakan dengan warna cat merah dan hijau giok seperti klenteng. Tak salah lagi, bangunan itu memiliki arsitektur gabungan antara budaya lokal Palembang, dipadukan dengan tradisi China dan Arab. Masjid yang dilengkapi dengan Rumah Iman dan Tempat Pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak itu, kini di-imami oleh seorang tokoh PITI, Ustadz Choirul Rizal, yang telah hafal Al-Qur’an 30 Juz. Selain untuk tempat beribadah yang nyaman, masjid itu juga telah menjadi tujuan wisata mancanegara. Tak jarang, wisatawan muslim dari Malaysia dan Rusia mengunjungi masjid itu, untuk memanjatkan doa sejenak di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar