Senin, 04 November 2013



The weak will always hurt those weaker than them
Are the only choices available to bear it or die?
No, the world you live in is not so limited
If you’re stuck in a difficult situation,
it’s okay to retreat to somewhere safer
‘Pop’
Can’t you hear that?
The sound of something important to you disappearing..
.The Sound of Losing:.
Mizuki Kitahara. Namaku, Mizuki Kitahara. Kau bisa memanggil nama depan atau belakang. Karena aku tidak mempermasalahkan itu. Setiap liburan, aku selalu membantu sensei menyiram bunga dan merawat binatang. Karena aku, sangat menyukai sekolah. Aku menyukai untuk menghapus papan tulis yang kotor, aku menyukai setiap pelajaran yang diberikan, aku menyukai teman-teman dan tawa yang memenuhi kelas, aku suka perasaan bangga ketika ada yang memuji pekerjaanku. Perasaan senang ketika liburan tiba, perasaan sedih ketika harus berpisah. Aku menyukai semuanya.
Setidaknya itulah perasaan yang kuingat saat masih di taman kanak-kanak.
Seiring berjalannya waktu. Semua orang mulai berubah, semuanya berubah, aku pun berubah. Sekolah yang semula menyenangkan kini hanya menciptakan persaingan, di elementary school ketika kau mendapati nilai yang tinggi maka akan ada pujian. Namun bersamaan dengan itu terarah tatapan tajam dari yang lain. Orang pintar yang disuka namun dibenci.
Sejak saat itu, aku tidak lagi…
menyukai sekolah.
Satu hal yang masih kusuka dan tidak berubah adalah musim semi, aku menyukai baunya, aku menyukai setiap bunga yang mekar atau burung yang berkicau. Seandainya setiap hari, hanyalah musim semi.
Cerpen The Sound of Losing
Spring is a season when everything bursts into life.
The flowers, the trees, the grass, the birds and even people.
Namun, di musim semi kali ini.
“Kaia! Kaia!”
Kaia mati, seekor kucing pemberian mendiang ibu yang sudah seperti bagian keluarga kami. Aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Maka kehadiran Kaia sangat memberi pengaruh. Aku tidak mengerti penyebabnya, seingatku Kaia dalam kondisi baik sesaat lalu hingga akhirnya terkapar begitu saja di beranda rumahku. Aku hanya menangis memeluk tubuhnya yang dingin dan kaku. Hingga akhirnya orang itu…
“Menakjubkan bukan?”
Datang tiba-tiba dan menjelaskan semuanya, kebenaran di balik kematian Kaia akibat mesin eksekusi yang dirancangnya. Shuuya Watanabe, menjelaskan semua hal menyeramkan dengan tanpa sedikit pun rasa bersalah. Sama sekali, seperti tidak mengerti bahwa orang di depannya adalah pemilik dari kucing yang dia bunuh dengan sadis.
“Kitahara, can’t you hear that? The sound of something important to you disappearing” ujarnya lagi kemudian pergi.
Padahal saat itu, aku melihatnya. Aku melihatnya dengan jelas, Shuuya empat tahun yang berlari dengan air mata, Shuuya kecil yang mengejar Ibunya. Shuuya yang terlihat lemah dan menyedihkan.
Was the little boy who ran away crying really the same person who talked tough infront of me now?
Orang itu… useless.
Shuuya Watanabe, ketika kau melihatnya sekali, kau tidak akan menemukan bahwa orang itu bermain dengan banyak masalah. Tapi di dalamnya, eksekusi mesin yang ia ciptakan, pembunuhan dan penganiayaan terhadap binatang yang dilakukannya secara berulang.
Karena aku sering mengeceknya, blog Watanabe tentang penemuan yang dibuatnya sendiri. Ia merancangnya, mencoba pada binatang kemudian dengan bangga memposting hasilnya berikut gambar dan secara detail mengenai gejala-gejala. Aku hanya melihat seperti ada monster kejam dalam diri Shuuya.
Hingga di Junior High school, ia semakin gila dengan mencoba penemuannya pada manusia bernyawa. Pada seluruh anggota keluarganya. Berikut teman yang terjebak dengannya, Naoki. Si bodoh yang mendapat tekanan mental hebat hingga tidak bisa lagi melanjutkan sekolah. Si bodoh yang berkeras ingin menjalin persahabatan dengan Shuuya, ia mengagumi sosok Shuuya yang pintar dan tenang, karena tidak pernah gusar meski tak memiliki teman. Meski pada akhirnya ia hancur di tangan orang yang dikaguminya sendiri.
Shuuya, semua mengenalnya sebagai orang menakjubkan. Superior, IQ di atas rata-rata. Berbagai penemuan dan olimpiade yang dimenangkannya. Namun, semua penemuannya, semua yang dirancangnya meski publik mengatakan untuk keamanan dan perlindungan bagi manusia atau alat agar orang jahat tidak bisa menyentuhmu. Semuanya itu, sebagai orang yang mengenalnya begitu lama, hanya terlihat seperti mesin eksekusi yang dimodifikasi.
Seperti yang ku bilang di awal tentang orang pintar yang disukai namun merekalah yang dibenci, tapi kukira alasan semua orang tidak mau terlibat dengannya adalah, karena Shuuya yang menutup dirinya. Ia merasa semua orang adalah bodoh, sampah dan tidak pantas untuknya. Itu pulalah alasan darinya mengenai pembunuhan brutal pada anggota keluarganya yang kubaca di blog pribadinya.
Ibu pergi ketika aku masih berumur empat tahun. Kemudian ayahku yang bodoh menikah lagi. In perfect accordance with natural law bahwa orang baik akan bersatu dengan yang baik, orang jahat akan bersama yang jahat begitu pula dengan orang bodoh tentu bersatu dengan yang bodoh lagi. Kemudian melahirkan anak yang bodoh pula, keluargaku kini terlihat seperti sekumpulan orang bodoh. Orang bodoh yang tidak akan mengerti kejeniusanku, maka aku membiarkan mereka bahagia dan menarik diri seperti monster.
Dan tidak lama kemudian, satu lagi orang bodoh datang, (Ini jelas tentang Naoki) mengganggu. Aku tidak butuh orang bodoh, maka aku menyingkirkan semuanya. Ini hanyalah pembataian kecil dan Juvenile law akan melindungiku, itulah alasanku atas semua yang ku perbuat.
Media massa gempar, mereka membuatnya menjadi cerita besar menyeramkan. Tentu tidak diperlihatkan identitas tentang tersangkanya, atau bagaimana latar belakang dan sekolah tempatnya belajar. Sebagai bentuk perlindungan terhadap tersangka anak di bawah umur, meski sama sekali kurasa Shuuya tak butuh itu. Karena sebagai orang yang mencolok, rumor merebak cepat dan seluruh kelas mengetahui semua itu adalah perbuatan Shuuya.
Hukuman yang diberikan pengadilan hanyalah, untuk Shuuya menulis beberapa kata penyesalan kemudian diucapkan, serta berjanji tidak akan mengulanginya. Nampaknya rencana Shuuya berjalan sesuai, sesuai dengan harapannya. Juvenile law benar-benar melindunginya.
Di sini, di Jepang. Kami mengenal keringanan hukum untuk tersangka anak di bawah umur. Sebrutal apapun perbuatan yang dilakukan, berapa besar pun merugikan yang lain. Tidak akan ada hukuman berat untuk tersangka jika umurnya masih di bawah 14 tahun.
Menyenangkan, bukan? Kau bisa membunuh dan menyakiti siapa pun, menggunakan apapun, kapan pun, dengan alasan apa pun. Kau bisa gunakan tongkat base ball mu, pisau di rumahmu atau bahkan hanya tangan kosong. Dan kau tak akan mendapatkan hukuman berat karenanya.
Hal yang paling membuat kami tertegun setelah semua adalah, setelah kejadian besar menyeramkan yang terjadi. Shuuya tetap datang ke sekolah, menjalani kehidupannya seolah tak terjadi apa-apa. Sama sekali, tidak terlihat penyesalan dalam atas apa yang dilakukannya.
Dengan normal, tidak ada yang menyukai seorang pembunuh. Maka di awal Maret hukuman terhadap Shuuya berlangsung atau bisa kau bilang bullying, tapi kadarnya lebih tinggi. Karena semua orang bergerak, mulai dari merusak dan membuang barang-barangnya, mencoret bangku dan mejanya, memasukkan sampah di lokernya dan semua hal yang mungkin membuat Shuuya terganggu.
Bahkan, saat istirahat dan olahraga mungkin seperti neraka baginya, semua orang berlomba untuk menyakiti dengan alasan membuatnya jera. Kau akan lebih bahagia ketika melempar bola ke kepalanya dari pada ke dalam ring, kau akan lebih serius untuk mencari dan menabraknya atau menendangnya hingga jatuh dari pada mengejar bola itu sendiri.
Kemenangan mutlak untuk menyakiti dan menghukum seorang pembunuh. Katanya semakin kau menyakiti pembunuh, kau adalah orang baik yang peduli pada kesejahteraan manusia.
Menyaksikan itu semua, terjadi berulang di setiap hari. Kupikir mereka semua tidak berbeda dari seorang pengecut, pengecut yang dibayangi rasa takut akan hidup dengan kisah menyeramkan.
Orang-orang seperti itu…
Useless…
Seperti sampah,
Kau tak bisa mengatakan bahwa ia sampah, namun ketika kau membuangnya di tempat yang benar maka ia akan tahu bahwa dirinya hanyalah sampah.
Satu hal yang aku lakukan hanyalah, menyadarkan orang bodoh bahwa dirinya bodoh.
Kemudian pada bulan Juli, seorang guru yang tidak mengetahui apa-apa. Memarahi kelas karena kejadian bully terhadap Shuuya. Semua yang dikatakannya, hanya seperti kata-kata tak berguna yang membuat semua hal bahkan, tidak sama sekali berjalan lebih baik.
“Saya mendapat laporan bahwa di kelas ini ada bulying yang dilakukan terhadap Shuuya Watanabe” ujarnya seolah tahu apa yang sesungguhnya terjadi “Saya rasa ini adalah kecemburuan karena Shuuya yang selalu mendapat predikat siswa terpintar setiap tahun”
Semua yang dikatakannya sama sekali salah.
“Kepintaran Shuuya hanyalah kemampuan individu yang unik. Kalian pun sama, kalian punya kemampuan individu juga!”
Kemampuan Individu untuk menyakiti yang lebih lemah darimu..
Kemampuan Individu untuk melupakan hal yang tidak ingin kau hadapi..
“Aku menunggu kalian, tunjukan padaku kemampuan individu yang kalian miliki, dengan usaha yang benar”
Setelah itu, bully malah menjadi semakin brutal. Bahkan tidak hanya menyerang Shuuya. Tapi semua yang tidak ikut menghukum, mendapat bully juga karena dianggap bersekongkol dengannya. Aku tidak begitu peduli dengan para korban juga para tersangka, aku hanya terganggu dengan kelas yang tidak punya ketenangan sama sekali.
Kemudian di akhir Juli, Shuuya menjadi sangat menyeramkan. Ia yang selama ini hanya diam atas perlakuan buruk terhadapnya, kini menyerang tiga orang di kelas yang paling parah menyiksanya. Ketiga orang itu sempat dirawat untuk beberapa minggu dan kemudian pindah sekolah. Shuuya mengancam bahwa ia akan mencoba eksekusi mesinnya pada semua orang di kelas jika mereka tetap berbuat hal buruk padanya.
Semua orang takut, mereka bahkan tidak melaporkan kejadian ini pada siapa pun. Hingga pada bulan Agustus, tidak ada lagi yang berani menyerang Shuuya.
Aku tidak menyangka bahwa orang-orang bodoh itu sebegitu takutnya terhadap kematian, padahal sebagian besar dari mereka sering mengatakan ingin mati dengan begitu mudahnya.
Mereka mengumpat kasar tentang ketidakmengertianku akan berharganya kehidupan. Lantas bagaimana dengannya? Orang yang menghabiskan waktu terobsesi untuk menikah dengan Johnny’s Jr, kemudian terjebak dalam mimpi semu dan dunia kecil yang dibuatnya sendiri. Atau mereka yang berharap bisa bergabung dan memimpin yakuza. Menyedihkan.
Jika aku benar-benar ingin menyingkirkan seseorang, maka aku akan melakukannya
dengan kemampuan dan tanganku sendiri.
Akhir Agustus, Shuuya menghilang. Tidak ada satupun kabar darinya. Namun tak seorang pun yang terlihat khawatir atau mencarinya. Melihat blog Shuuya yang masih terus diperbaharui, aku hanya yakin bahwa ia masih hidup.
Suasana kelas tidak jauh berbeda, hanya mungkin terlihat lebih ceria dari biasanya. Mungkin karena perasaan takut mereka hilang atau karena ingin menyembunyikan semua kenyataan lalu dan menguburnya dalam-dalam untuk menganggapnya sebagai mimpi yang tak pernah terjadi di kehidupan nyata. Kenyataan bahwa kami memiliki seorang pembunuh sadis di kelas memang cukup membuat tidak nyaman.
Hingga saat ini, aku tidak pernah melihatnya lagi. Bahkan mendengar sedikit pun kabarnya, dan blog dirinya pun sudah lama menghilang. Semua orang melupakannya segera, setiap hal yang berhubungan dengan Shuuya Watanabe, tak ada yang mengungkitnya lagi. Aku ragu jika mereka benar-benar amnesia. Itu mungkin cara untuk menghindari hal yang mereka tak mau mengingatnya.
Mungkin Shuuya tengah merestart kehidupannya dari awal atau ia memang telah benar-benar tidak lagi di dunia. Semakin lama, aku hanya berpikir apakah orang bernama Shuuya benar-benar pernah ada. Seiring berjalannya waktu, jika tetap tak ada yang berbicara tentangnya. Kurasa Shuuya Watanabe akan hilang begitu saja, baik di kehidupan nyata atau bahkan di masa lalu kami yang pernah berinteraksi dengannya.
Shuuya Watanabe, orang yang begitu ingin menyingkirkan semua orang. Tanpa sadar, ia telah menyingkirkan dirinya sendiri.
‘Pop’
I heard it too…
The sound of something important to you disappearing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar