Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam
kelompok-kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang
dipusatkan kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan
peternakan). Dalam masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya
upaya meningkatkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang
sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada zaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui
dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang
terpenting di antaranya adalah temuan-temuan dari Anyer Lor (Banten),
Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa). Dari temuan
kerangka yang banyak jumlahnya menunjukkan ciri-ciri manusia. Sedangkan
penemuan di Gilimanuk dengan jumlah kerangka yang ditemukan 100 buah
menunjukkan ciri Mongoloid yang kuat seperti terlihat pada gigi dan
muka. Pada rangka manusia Gilimanuk terlihat penyakit gigi dan encok
yang banyak menyerang manusia ketika itu.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa dalam
masyarakat Bali pada masa perundagian telah berkembang tradisi
penguburan dengan cara-cara tertentu. Adapun cara penguburan yang
pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau sarkofagus yang
dibuat dari batu padas yang lunak atau yang keras. Cara penguburannya
ialah dengan mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti
ditemukan di tepi pantai Gilimanuk (Jembrana). Benda-benda temuan
ditempat ini ternyata cukup menarik perhatian di antaranya terdapat
hampir 100 buah kerangka manusia dewasa dan anak-anak, dalam keadaan
lengkap dan tidak lengkap. Tradisi penguburan dengan tempayan ditemukan
juga di Anyar (Banten), Sabbang (Sulawesi Selatan), Selayar, Rote dan
Melolo (Sumba). Di luar Indonesia tradisi ini berkembang di Filipina,
Thailand, Jepang dan Korea.
Kebudayaan megalithik ialah kebudayaan yang terutama menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu-batu besar. Batu-batu ini mempunyai biasanya
tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk
mendapat bentuk yang diperlukan. di daerah Bali tradisi megalithik masih
tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.
Adapun temuan yang penting ialah berupa batu berdiri (menhir) yang
terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di Trunyan. Di pura in
terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri
yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini tingginya hampir 4
meter. Temuan lainnya ialah di Sembiran (Buleleng), yang terkenal
sebagai desa Bali kuna, disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan.
Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat pada pura-pura yang
dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini. dari 20 buah pura ternyata
17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya
dibuat sederhana sekali. Di antaranya ada berbentuk teras berundak, batu
berdiri dalam palinggih dan ada pula yang hanya merupakan susunan batu
kali.
Temuan lainnya yang penting juga ialah berupa bangunan-bangunan
megalithik yang terdapat di Gelgel (Klungkung).Temuan yang penting di
desa Gelgel ialah sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran
Jro Agung. Arca menhir ini dibuat dari batu dengan penonjolan kelamin
wanita yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai
lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar